Di suatu hutan yang indah, hiduplah berbagai macam binatang. Terdapat kelinci yang lincah, burung yang indah, kucing yang manis, capung yang cantik, dan kupu-kupu yang mempesona. Mereka hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati satu sama lain.
Pada suatu hari, badai yang sangat dahsyat melanda hutan tersebut. Angin kencang menerpa pohon-pohon dan dedaunan, membuat banyak hewan yang tak mampu menyelamatkan diri. Namun, ada satu hewan yang beruntung, yaitu semut. Karena ia bisa berlindung di dalam tanah, ia selamat dari badai yang melanda.
Ketika badai telah berakhir, semut keluar dari sarangnya dan bergegas mencari makanan. Saat sedang berjalan, ia melihat kepompong yang tergantung di dahan pohon yang patah. Semut merasa kasihan dan berpikir, “Aduh, pasti sangat tidak nyaman menjadi ‘kepompong’, terkurung dan tidak bisa bergerak ke mana-mana.”
“Jadi, memang malu ya menjadi kepompong!” ejek semut pada kepompong tersebut. Ia terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang terlihat.
Namun, beberapa hari kemudian, semut sedang berjalan di tempat yang berlumpur. Tanpa ia sadari, lumpur tersebut sangat licin dan menghisap semut semakin dalam. Ia merasa kesulitan dan terus berjuang untuk keluar dari lumpur tersebut. “Aduh, sulit sekali berjalan di tempat seperti ini!” keluh semut.
Tak lama kemudian, semut mendengar suara yang memanggilnya, “Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?” Semut terkejut dan mencari sumber suara tersebut. Ternyata, itu adalah suara dari kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya. “Hai, semut. Aku adalah kepompong yang dulu pernah kamu ejek. Sekarang, aku sudah menjadi kupu-kupu yang bisa terbang ke mana saja. Lihat, sekarang kamu tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?” kata kupu-kupu dengan penuh kebaikan.
Semut merasa malu dan menyesal karena telah mengejek kepompong tersebut. Ia memohon maaf dan meminta bantuan pada kupu-kupu. Tanpa ragu, kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap tersebut. Akhirnya, semut berhasil terbebas dan berterima kasih pada kupu-kupu yang telah menolongnya.
Mereka berdua pun menjadi sahabat dan saling membantu satu sama lain. Semut belajar untuk tidak mengejek orang lain dan bersyukur atas apa yang dimilikinya, sedangkan kupu-kupu belajar untuk tidak sombong dan membantu hewan lain yang membutuhkan. Kini, hutan tersebut menjadi lebih damai dan penuh dengan persahabatan.