Di sebuah desa kecil yang terletak di lereng gunung, hiduplah seorang petani bernama Pak Joko. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Di depan rumahnya, tumbuh sebuah pohon apel yang telah ia tanam sejak ia masih muda.
Pohon apel itu tumbuh besar dan menghasilkan buah-buah apel yang manis dan lezat. Setiap musim panen tiba, Pak Joko selalu memetik apel-apel tersebut dengan hati senang. Ia membagikan apel-apel itu kepada tetangga-tetangganya, terutama kepada anak-anak di desa itu.
Anak-anak di desa itu sangat senang dengan apel-apel dari pohon Pak Joko. Mereka selalu menunggu musim panen tiba agar dapat menikmati buah apel yang manis. Mereka sering bermain di bawah pohon apel, memanjatnya, dan memetik apel yang sudah matang. Pohon apel itu menjadi tempat mereka bermain dan bersenang-senang.
Suatu hari, Pak Joko sakit parah dan tidak bisa memetik apel-apelnya. Anak-anak di desa itu merasa sedih karena tidak mendapat apel lagi. Mereka sangat merindukan buah apel yang manis dan juga pohon apel yang telah menjadi teman mereka.
Kisah Pohon Apel
Pada malam hari, anak-anak di desa itu terbangun karena mendengar suara aneh yang berasal dari pohon apel. Mereka berlari ke luar dan melihat pohon apel itu berkilauan dengan cahaya yang indah. Mereka melihat seorang peri kecil yang sedang menari di antara daun-daun pohon apel.
Peri itu bercerita kepada anak-anak bahwa pohon apel itu adalah tempat tinggalnya. Ia memutuskan untuk menetap di pohon apel itu karena ia merasa senang dan bahagia di sana. Ia juga mengatakan bahwa hanya anak-anak yang bersahabat dengan pohon apel yang dapat melihatnya.
Anak-anak di desa itu merasa kagum dan terkesima dengan cerita peri tersebut. Mereka menjadi semakin dekat dengan pohon apel dan merawatnya dengan baik. Mereka tidak lagi hanya memetik apel untuk dimakan, tetapi juga memetik daun-daun untuk membuat teh yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
Pohon apel menjadi semakin kuat dan tumbuh lebih subur karena perawatan yang baik dari anak-anak. Pak Joko juga sembuh dari sakitnya dan sangat terharu melihat hubungan yang terjalin antara pohon apel dan anak-anak di desa itu.
Sejak saat itu, pohon apel tidak hanya menjadi sumber buah yang lezat, tetapi juga menjadi pusat persahabatan dan kegembiraan bagi seluruh desa. Anak-anak di desa itu belajar banyak hal dari pohon apel, seperti kebaikan, kesabaran, dan rasa syukur.
Hingga saat ini, pohon apel tersebut masih tumbuh subur dan menjadi saksi bisu dari persahabatan yang terjalin antara anak-anak di desa itu. Dan setiap musim panen tiba, anak-anak di desa itu selalu memetik apel bersama-sama dengan bahagia dan penuh kebersamaan.